Minggu, 23 April 2017

Lonesome

Kemarin, saya kembali kehilangan orang yang saya sayangi dan hormati sepenuh hati, sepanjang hidup. Dia adalah papa. Kanker paru sudah merenggut warna kehidupannya sejak satu tahun yang lalu. Bahkan, jauh sebelumnya, almarhum diuji oleh tuhan dengan penyakit stroke.
Sejak 12 April 2017 beliau kami antar ke rumah sakit untuk terakhir kalinya. Sepuluh hari dirawat, berjuang dengan sesak nya nafas dan sakitnya raga, beliau harus menyerah pada Sabtu subuh 04.30 wib, pada tanggal 22 April 2017.
Cukup berat bagi saya atas kepergian papa, namun, saya percaya dibalik segala peristiwa, selalu ada hikmah yg bisa dipetik. Skenario tuhan selalu adil untuk semua umatnya. Sekarang, saya akan lebih fokus dalam mengurus skripsi yang cukup terbengkalai akibat terpecahnya fokus. Beberapa kali ganti judul, cukup membuat saya down walaupun tak sedikitpun terbersit untuk berhenti berusaha. Hanya butuh rehat sementara, memilih bakti kepada papa yang lebih membutuhkan saya dibandingkan urusan duniawi semacam skripsi.
Saya hanya manusia biasa, tak luput dari dosa. Tentu penyesalan itu ada, melihat jasad papa sudah terbujur kaku di pembaringan. Hanya air mata yang menjelaskan betapa remuknya hati melihat wajah papa yang terlihat sangat letih namun bersih di hadapan dalam keadaan kaku. Setiap untaian ayat yang saya panjatkan di samping papa, selalu diiringi bulir airmata sedih tak tertahankan. Saya menyesali betapa saya merasa tidak sepenuh hati merawat papa di penghujung hidupnya. Kadang, setan tertawa lepas melihat saya terkadang berlaku tidak sabar kepada papa yang sedang sakit. Memang, saya satu-satunya anak perempuan papa bersama 3 abang saya yang menghadapi papa, 1 bulan sebelum papa pergi untuk selamanya. Kakak yang lain lebih menghindar dari rumah, namun membantu secara finansial karena sudah memikul tanggung jawab sebagai seorang ibu dan istri. Hanya pada waktu tertentu mereka datang dan melihat papa.
Namun pa, percayalah, sebagai seorang anak terhadap seorang papa yang tentu juga punya kesalahan, tak pernah terbersit sakit hati maupun penyesalan terhadap papa, menjalani peran sebagai seorang papa. Saya nrimo, dan semoga papa juga menerima saya, sebagai seorang anak yang juga tak luput dari dosa terhadapmu, pa.
Sekarang saya berusaha tegar, ada sedikit perasaan lega, papa telah tiada. Tak tertahankan melihat papa harus menderita setiap harinya, melawan kanker yang tak kenal ampun terhadap penderitanya.
Kini, beliau sudah berkumpul dengan almarhumah ibu dan ni sof. Semoga, papa, ibu dan ni sof diberikan tempat yang layak disisi Allah, amin ya rabbal a'lamin.


Lana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar