Kali ini, saya benar-benar merasa butuh menumpahkan berbagai tanya di benak saya mengenai pernikahan. Saat ini, saya sedang berjuang dengan berbagai tugas kuliah dan rasa malas yang menyerang pada saat yang sama. Di semester yang hampir bisa dibilang semester tua ini, saya mencoba untuk mengakali kegiatan perkuliahan yang jujur belakangan membuat saya tertekan ini, dengan menonton film atau anime Jepang atau sekedar pergi hangout bersama teman-teman saya. Tapi itu semua tidak banyak menolong, dan akhirnya saya memutuskan untuk mengurung diri di rumah. Di rumah, lain lagi permasalahan yang harus saya hadapi. Mulai dari perbincangan 'mama-mama' (kakak-kakak saya) tentang suaminya masing-masing, sampai permasalahan mengurus anak yang sebenarnya membuat saya cukup jengah. Permasalahan yang sama harus terjadi untuk yang ke sekian kalinya dan mereka menghabiskan waktu hingga berjam-jam membicarakannya. Aneh bukan? Jika sedang tidak bergunjing ria, mereka biasanya menghabiskan waktu dengan bermain gadget dan mengabaikan peran mereka sebagai orangtua. Kemudian, saya berfikir, apa sebenarnya yang ingin mereka cari dalam pernikahan? Apakah menikah hanya untuk mencari titik aman dan menyudahi usaha untuk mencapai cita-cita dan mimpi? Apakah menikah berarti harus langsung memiliki anak dan kemudian mereka terlantar akibat psikis orangtua yang sebenarnya belum siap untuk merawat dan mendidik manusia lain?
Banyak sekali tanya yang muncul di benak saya, sehingga saya menjadi terlalu malas untuk sekedar duduk di ruang tamu bersama kakak-kakak saya. Jika sudah begini, saya akan masuk ke kamar, menutup pintu mendengarkan musik dan mengabaikan mereka seharian. Di satu sisi, saya merasa harus mampu mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak saya karena mau tidak mau suatu saat nanti saya juga akan merasakan apa itu pernikahan. Namun, saya hanya terlalu pusing untuk bertanya pada orang-orang yang tidak berkompeten menjawabnya. Malah mereka menjurus curhat kepada saya, yang notabene ingin mendengar pengalaman mereka tentang pernikahan itu sendiri, sehingga akhirnya saya hanya akan semakin pusing dan menjadi sangat malas dengan permasalahan pernikahan.
Bagi saya sendiri, penafsiran saya terhadap pernikahan menjadi sangat rumit. Pernikahan tidak hanya menyatukan dua orang manusia dengan jenis kelamin berbeda (pasangan normal, maaf), dan juga tidak hanya melulu bicara cinta di dalamnya. Apa sih cinta? hah, membahas permasalahan itu hanya akan menambah bingung saya saja. Bagi saya, pernikahan bukanlah sebuah akhir, melainkan sebuah babak baru dalam kehidupan seseorang. Pernikahan tidak hanya didasari oleh cinta, tetapi sudah matangnya kemampuan seseorang dalam memikul tanggung jawab. Tanggung jawab tidak hanya dalam hal material, tetapi tanggung jawab atas keputusan anda memilih orang yang akan anda pilih sebagai pasangan anda. Bagaimana di kemudian hari kedua belah pihak mampu bertahan di tengah berbagai krisis kepercayaan yang mendera. Krisis yang diakibatkan oleh kebosanan terhadap pasangan, merasa sikap pasangan anda berubah dari hari ke hari, kecelakaan real dan finansial yang mengubah ekspektasi kehidupan yang diinginkan oleh kedua pasangan, hingga persoalan perselingkuhan yang saat ini sedang tren dalam permasalahan rumah tangga masa kini. Huffft, saya saja yang baru memikirkannya pasti saya akan langsung bunuh diri pada kondisi seperti itu. Ditinggal pacar saja orang sudah banyak yang ingin bunuh diri, apalagi ditinggal suami atau istri? Orang sudah mengetahui kita luar dan dalam dan seenaknya merangkul orang lain sebagai pasangannya di depan mata kita?
Dilema pernikahan pasti dialami banyak orang, namun toh ketika anda sudah berkomitmen untuk menikah, anda seharusnya sudah tau berbagai resiko yang akan anda ambil dan mengambil langkah antisipasi sebelum itu terjadi, atau setidaknya anda sudah siap menghadapi berbagai resiko tersebut. Terlepas anda memutuskan untuk menikah muda atau tua, anda harus sadar bahwa anda sudah terikat oleh sebuah janji dengan manusia dan tuhan dan sadar bahwa perpisahan atau perceraian hanyalah membuktikan bahwa anda sudah membuat sebuah keputusan yang salah dalam hidup anda, dan anda tidak layak dianggap sebagai manusia. Kenapa? Karena anda tidak lebih dari binatang yang bisa berapa kalipun untuk kawin. Binatang masih dimaklumi melakukan hal demikian karena mereka tidak memiliki akal. Tetapi manusia? saya tidak mentoleransi wanita ataupun laki-laki yang mengedepankan berbagai alasan untuk bercerai. Ditambah lagi dengan quote sesat Johnny Depp yang berkata 'Jika anda mencintai dua orang pada saat yang bersamaan, maka pilihlah yang kedua, karena jika kamu benar-benar mencintai yang pertama, maka anda tidak akan jatuh cinta untuk yang kedua kalinya'. Menurut saya pribadi penafsiran seperti ini, hanya pembenaran terhadap orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan apa yang mereka mau. Hidup tidak hanya melulu tentang perasaan anda seorang, melainkan mengenai toleransi terhadap perasaan orang lain. Karena manusia adalah 'Zoon Politicon' seperti yang dikatakan Aristoteles yaitu manusia makhluk sosial pada dasarnya.
Di dalam ilmu sosiologi, pernikahan sudah merupakan lembaga, dimana disitu diakui keberadaannya dalam kehidupan sosial. Umumnya pernikahan ditafsirkan sebagai cara untuk melanjutkan keturunan, dan secara ilmiah dimaksudkan agar umat manusia tidak punah. Namun, jika disikapi secara bijak, pernikahan tidak lagi sesempit itu. Perasaan dan nafsu bermain disitu sehingga akan menjadi sangat sulit untuk dimulai bagi orang-orang yang memiliki pemikiran yang dalam dan panjang. Saya heran ketika membuka akun sosial media saya beberapa waktu lalu, ketika mengetahui sudah banyak diantara mereka yang menikah dan memiliki anak. Wah, cepat sekali?!. Apa tidak ada hal lain yang ingin mereka kerjakan selain mengurusi orang lain? Ketika menikah, anda akan disibukkan dengan mengurus istri dan suami serta anak. Sehingga akan sedikit sekali waktu yang dimiliki untuk memikirkan atau sekedar merawat diri sendiri. Anda harus berfikir tentang 'kami' bukan 'saya' lagi untuk selanjutnya. Kemudian, berbagai berita pembuangan dan penelantaran anak yang belakangan sudah sangat sering terjadi. Saya kemudian membatin, bagaimana mungkin seseorang yang memiliki akal dan perasaan mampu membuang anak yang sudah susah payah dikandung dan dilahirkannya? Jika anda belum siap untuk memiliki anak, kenapa anda mau melakukan hal demikian dengan pasangan anda? Bagi saya, tidak ada istilah kecelakaan apalagi jika menyangkut manusia. Tuhan saja sudah susah payah menyuruh jin dan setan untuk mengakui manusia, tetapi manusia dengan entengnya merendahkan sesama mereka dengan berbagai istilah yang sangat dangkal tersebut. Intinya, jika anda belum mampu, ya jaga diri dan jangan mencoba hal-hal yang menjurus ke perbuatan yang memancing dosa besar dan merugikan diri sendiri dan orang lain!. Dan jangan pernah pula anda menyalahkan orang lain atas keputusan yang sudah anda buat dan ambil!.
Mungkin untuk saat ini, saya memendam jauh-jauh keinginan saya untuk menikah. Dan, kalaupun saya menikah di waktu muda, itu mungkin sudah yang digariskan tuhan dan saya merasa yakin atas keputusan saya tersebut dan sadar akan berbagai resiko yang akan muncul. Janji pada ibu, bahwa saya akan menyelesaikan studi, insya allah akan saya selesaikan. Hah, semoga Tuhan memberikan yang terbaik bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar