Minggu, 08 November 2015

Pernikahan, makna nya apa?

Kali ini, saya benar-benar merasa butuh menumpahkan berbagai tanya di benak saya mengenai pernikahan. Saat ini, saya sedang berjuang dengan berbagai tugas kuliah dan rasa malas yang menyerang pada saat yang sama. Di semester yang hampir bisa dibilang semester tua ini, saya mencoba untuk mengakali kegiatan perkuliahan yang jujur belakangan membuat saya tertekan ini, dengan menonton film atau anime Jepang atau sekedar pergi hangout bersama teman-teman saya. Tapi itu semua tidak banyak menolong, dan akhirnya saya memutuskan untuk mengurung diri di rumah. Di rumah, lain lagi permasalahan yang harus saya hadapi. Mulai dari perbincangan 'mama-mama' (kakak-kakak saya) tentang suaminya masing-masing, sampai permasalahan mengurus anak yang sebenarnya membuat saya cukup jengah. Permasalahan yang sama harus terjadi untuk yang ke sekian kalinya dan mereka menghabiskan waktu hingga berjam-jam membicarakannya. Aneh bukan? Jika sedang tidak bergunjing ria, mereka biasanya menghabiskan waktu dengan bermain gadget dan mengabaikan peran mereka sebagai orangtua. Kemudian, saya berfikir, apa sebenarnya yang ingin mereka cari dalam pernikahan? Apakah menikah hanya untuk mencari titik aman dan menyudahi usaha untuk mencapai cita-cita dan mimpi? Apakah menikah berarti harus langsung memiliki anak dan kemudian mereka terlantar akibat psikis orangtua yang sebenarnya belum siap untuk merawat dan mendidik manusia lain? 
Banyak sekali tanya yang muncul di benak saya, sehingga saya menjadi terlalu malas untuk sekedar duduk di ruang tamu bersama kakak-kakak saya. Jika sudah begini, saya akan masuk ke kamar, menutup pintu mendengarkan musik dan mengabaikan mereka seharian. Di satu sisi, saya merasa harus mampu mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak saya karena mau tidak mau suatu saat nanti saya juga akan merasakan apa itu pernikahan. Namun, saya hanya terlalu pusing untuk bertanya pada orang-orang yang tidak berkompeten menjawabnya. Malah mereka menjurus curhat kepada saya, yang notabene ingin mendengar pengalaman mereka tentang pernikahan itu sendiri, sehingga akhirnya saya hanya akan semakin pusing dan menjadi sangat malas dengan permasalahan pernikahan. 
Bagi saya sendiri, penafsiran saya terhadap pernikahan menjadi sangat rumit. Pernikahan tidak hanya menyatukan dua orang manusia dengan jenis kelamin berbeda (pasangan normal, maaf), dan juga tidak hanya melulu bicara cinta di dalamnya. Apa sih cinta? hah, membahas permasalahan itu hanya akan menambah bingung saya saja. Bagi saya, pernikahan bukanlah sebuah akhir, melainkan sebuah babak baru dalam kehidupan seseorang. Pernikahan tidak hanya didasari oleh cinta, tetapi sudah matangnya kemampuan seseorang dalam memikul tanggung jawab. Tanggung jawab tidak hanya dalam hal material, tetapi tanggung jawab atas keputusan anda memilih orang yang akan anda pilih sebagai pasangan anda. Bagaimana di kemudian hari kedua belah pihak mampu bertahan di tengah berbagai krisis kepercayaan yang mendera. Krisis yang diakibatkan oleh kebosanan terhadap pasangan, merasa sikap pasangan anda berubah dari hari ke hari, kecelakaan real dan finansial yang mengubah ekspektasi kehidupan yang diinginkan oleh kedua pasangan, hingga persoalan perselingkuhan yang saat ini sedang tren dalam permasalahan rumah tangga masa kini. Huffft, saya saja yang baru memikirkannya pasti saya akan langsung bunuh diri pada kondisi seperti itu. Ditinggal pacar saja orang sudah banyak yang ingin bunuh diri, apalagi ditinggal suami atau istri? Orang sudah mengetahui kita luar dan dalam dan seenaknya merangkul orang lain sebagai pasangannya di depan mata kita? 
Dilema pernikahan pasti dialami banyak orang, namun toh ketika anda sudah berkomitmen untuk menikah, anda seharusnya sudah tau berbagai resiko yang akan anda ambil dan mengambil langkah antisipasi sebelum itu terjadi, atau setidaknya anda sudah siap menghadapi berbagai resiko tersebut. Terlepas anda memutuskan untuk menikah muda atau tua, anda harus sadar bahwa anda sudah terikat oleh sebuah janji dengan manusia dan tuhan dan sadar bahwa perpisahan atau perceraian hanyalah membuktikan bahwa anda sudah membuat sebuah keputusan yang salah dalam hidup anda, dan anda tidak layak dianggap sebagai manusia. Kenapa? Karena anda tidak lebih dari binatang yang bisa berapa kalipun untuk kawin. Binatang masih dimaklumi melakukan hal demikian karena mereka tidak memiliki akal. Tetapi manusia? saya tidak mentoleransi wanita ataupun laki-laki yang mengedepankan berbagai alasan untuk bercerai. Ditambah lagi dengan quote sesat Johnny Depp yang berkata 'Jika anda mencintai dua orang pada saat yang bersamaan, maka pilihlah yang kedua, karena jika kamu benar-benar mencintai yang pertama, maka anda tidak akan jatuh cinta untuk yang kedua kalinya'. Menurut saya pribadi penafsiran seperti ini, hanya pembenaran terhadap orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan apa yang mereka mau. Hidup tidak hanya melulu tentang perasaan anda seorang, melainkan mengenai toleransi terhadap perasaan orang lain. Karena manusia adalah 'Zoon Politicon' seperti yang dikatakan Aristoteles yaitu manusia makhluk sosial pada dasarnya.
Di dalam ilmu sosiologi, pernikahan sudah merupakan lembaga, dimana disitu diakui keberadaannya dalam kehidupan sosial. Umumnya pernikahan ditafsirkan sebagai cara untuk melanjutkan keturunan, dan secara ilmiah dimaksudkan agar umat manusia tidak punah. Namun, jika disikapi secara bijak, pernikahan tidak lagi sesempit itu. Perasaan dan nafsu bermain disitu sehingga akan menjadi sangat sulit untuk dimulai bagi orang-orang yang memiliki pemikiran yang dalam dan panjang. Saya heran ketika membuka akun sosial media saya beberapa waktu lalu, ketika mengetahui sudah banyak diantara mereka yang menikah dan memiliki anak. Wah, cepat sekali?!. Apa tidak ada hal lain yang ingin mereka kerjakan selain mengurusi orang lain? Ketika menikah, anda akan disibukkan dengan mengurus istri dan suami serta anak. Sehingga akan sedikit sekali waktu yang dimiliki untuk memikirkan atau sekedar merawat diri sendiri. Anda harus berfikir tentang 'kami' bukan 'saya' lagi untuk selanjutnya. Kemudian, berbagai berita pembuangan dan penelantaran anak yang belakangan sudah sangat sering terjadi. Saya kemudian membatin, bagaimana mungkin seseorang yang memiliki akal dan perasaan mampu membuang anak yang sudah susah payah dikandung dan dilahirkannya?  Jika anda belum siap untuk memiliki anak, kenapa anda mau melakukan hal demikian dengan pasangan anda? Bagi saya, tidak ada istilah kecelakaan apalagi jika menyangkut manusia. Tuhan saja sudah susah payah menyuruh jin dan setan untuk mengakui manusia, tetapi manusia dengan entengnya merendahkan sesama mereka dengan berbagai istilah yang sangat dangkal tersebut. Intinya, jika anda belum mampu, ya jaga diri dan jangan mencoba hal-hal yang menjurus ke perbuatan yang memancing dosa besar dan merugikan diri sendiri dan orang lain!. Dan jangan pernah pula anda menyalahkan orang lain atas keputusan yang sudah anda buat dan ambil!.
Mungkin untuk saat ini, saya memendam jauh-jauh keinginan saya untuk menikah. Dan, kalaupun saya menikah di waktu muda, itu mungkin sudah yang digariskan tuhan dan saya merasa yakin atas keputusan saya tersebut dan sadar akan berbagai resiko yang akan muncul. Janji pada ibu, bahwa saya akan menyelesaikan studi, insya allah akan saya selesaikan. Hah, semoga Tuhan memberikan yang terbaik bagi kita semua.

Rabu, 17 Juni 2015

Visa Approval :D

Baiklah, pada kesempatan ini saya ingin membagi pengalaman saya sewaktu mengurus visa bulan lalu, yaitu bulan Mei.
Awal Januari tahun ini, kakak saya mengajak saya untuk datang ke tempat tinggal barunya di Australia (jiaahahhahaha) untuk datang berkunjung dan membantu menemaninya menjaga kedua gadis kecil kesayangannya sekalian liburan pada liburan semester tahun ini. Hal ini dikarenakan ia harus ditinggal suaminya selama beberapa lama, untuk urusan pekerjaan. Taanpaa pikir panjang langsung saya IYA kan. Yaiyalah, siapa mau nolak? wkwk.
Saya sangat excited sekali, mengingat saya akan berkunjung cukup lama di sana dan tau tidak bulan apa saya pergi ? JUNI yang notabene lagi musim dingiin disono. wkwkwk.
Mulai lah saya kasak kusuk mencari informasi mengenai Australia, khususnya Melbourne mengingat kakak saya tinggal disitu. Alright! Saya merasa sangat yakin akan pergi pada tahun ini tanpa kendala berarti dan melupakan satu hal, VISA. Okeeeeeeeeeeeeeeeeh..saya baru menyadari ini ketika kakak saya memperingatkan untuk berhati-hati dalam melengkapi persyaratan pengurusan visa tersebut, mengingat saat ini hubungan Australia-Indonesia cukup renggang karena kasus Bali Nine. Saya langsung searching perihal pengalaman-pengalaman blogger yang sudah pernah mengurus visa australia di Google. Wuih, mimpi buruk datang setiap malam kepada saya, dan kuliah berasa gak seru gara-gara visa ini. Ampuun.
Dari berbagai pengalaman itu, banyaak sekali penyebab kenapa visa tidak di approve oleh pihak kedutaan.Ya, saya memilih membaca pengalaman negatif terlebih dahulu jadi saya siap kalo gak diterima ya visanya. Ga perlu mimpi buruk lagi tiap malam.
Alasannya, cukup rasional, mulai dari jumlah uang dalam buku tabungan yang tidak mencukupi selama berkunjung di Australia hingga tidak adanya pekerjaan tetap sehingga dikhawatirkan akan bekerja secara ilegal menggunakan visa turis (imigran gelap hiiii). Bahkan, model dianggap bukan pekerjaan yang qualified atau menjamin bagi pihak kedutaan seseorang akan kembali ke negara asalnya. (hah, mulai letih, lesu, lunglai, nightmare).

Persyaratan Visa Australia
Dalam pengajuan visa ini, kakak saya bertanggung jawab secara penuh dalam memenuhi semua persyaratannya dan membayar biaya pengajuan visa yang tidak sedikiiittt (dan nyesek dan gigit jari dan jantungan kalo tidak di appove), yaitu 130 AUD. Setara 1,2 jutaan lah kalo dirupiahin.
Saya sangat tidak yakin visa ini akan di approve karena dibayangi oleh cerita-cerita angker diatas, namun kakak saya mencoba meyakinkan bahwa visa saya akan di approve mengingat ia lah yang akan bertanggung jawab sebagai sponsor dan sudah berstatus sebagai Permanent Resident di Australia. Ini adalah salah satu peluang bagi saya dalam pengurusan visa ini, tapi tetap saja nggak yakin ya. Kan, diterima atau tidaknya hanya Tuhan yang tau.(maaf jika alergi dan sok alim kedengarannya haha).
Maka, mulailah saya menyediakan berbagai dokumen yang diperlukan. Dokumen yang saya sertakan untuk dikirim ke kantor AVAC (lembaga yang ditunjuk Australia yang mengatur pengurusan visa australia di Indonesia) adalah sbb :

  • Invitation Letter dari Kakak saya
  • Mengisi formulir 1419 (Tourist Visa Application Form)
  • Formulir VHS 
  • Fotocopy KTM (karena saya masih berstatus sebagai mahasiswa aktif, dan menjadi bukti kuat saya pasti akan kembali ke Indonesia).
  • Foto ukuran 4x6, 1 lembar. (saya menggunakan latar belakang biru, dan bodohnya tidak memperlihatkan telinga karena tertutup rambut).
  • Fotocopy Paspor (yang sudah dilegalisir oleh notaris langganan kantor kakak saya dulu, karena legalisir di kantor imigrasi ribetnya mintak ampuun) dan Fotocopy KTP saya.
  • Fotocopy bukti jumlah uang di rekening kakak saya (dicetak dari internet banking saja tanpa harus fotocopy buku tabungan bla bla).
  • Tentu saja, permanent resident grant notice kakak saya.
  • Fotocopy paspor kakak saya.
  • Fotocopy KK.
  • Bookingan tiket sama return ticket skalian tapi palsu (belum dibayar buat mastiin visa nya diterima ato gak) hakahakak
Saya mengirim berbagai persyaratan tersebut ke kantor AVAC yang ada di Jakarta melalui TIKI ONS. Saya mengirim aplikasi visa ini pada hari Jumat, 15 Mei 2015 dan diperkirakan datang pada hari Senin 18 Mei 2015. 
Sesuai harapan dokumen sampai di AVAC pada hari Senin, dan di lodge oleh pihak kedutaan pada hari Rabu tanggal 20 Mei 2015. Berbagai pemberitahuan ini semua melalui email dan sms dimana kakak saya harus membayar pula sebanyak 25ribu rupiah.
Hari-hari sesudah Rabu, setelah saya mendapatkan email dari AVAC bahwa dokumen saya sudah di lodge oleh pihak kedutaan menjadi the most pathetic day in my life. Badan panas dingin, malam terasa siang, dan siang terasa malam. Bahkan, kegiatan perkuliahan pun jadi sedikit terabaikan.
Teman saya sempat memperingati dan menasaheti saya, bahwa semua keputusan ada di tangan tuhan dan lebih baik pasrah terhadap apapun hasil yang akan didapat nantinya.
thanks pal for your advice. remaja usia nanggung ini masih butuh nasehat dan bimbingan hakhkaakahakhak.

That Day!!
Hari itu, Senin tanggal 25 Mei 2015, saya memiliki jadwal kuliah yang padat dari pagi hingga sore. Muka sudah kusut dan jadwal perkuliahan yang padat memperburuk keadaan. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak masuk dalam kelas perkuliahan di pagi hari, karena kurang enak badan dan tidak tidur sepanjang malam, dan masuk pada jadwal perkuliahan siang. Lesuu sekali hari itu, namun sedikit terhibur karena kebetulan kelas perkuliahan siang itu ada kuliah lapangan trus dapet snack sama makan siang gratis. Alhamdulillah yang gratisan cukup ampuh memperbaiki suasana hati wkwkwk. Dan perkuliahan hari itu ditutup dengan kabar gembira mengetahui nilai tugas kelompok saya mendapat nilai cukup memuaskan wkawkwkwk. Coba deh kalo visa nya di approve hari ini, bakal jadi the best day of my life, kayak lagu american author hihiw.
Pulang masih sedikit lesu. Baru sampai rumah, saya langsung mengaktifkan wifi di hp, dan langsung digempur berbagai notifikasi mulai dari bbm, email, whatsapp, game, dan bla bla.
Saya memilih untuk melepas jengah terlebih dahulu dan meyegarkan badan dengan mandi pada senja itu.
Selesai mandi, badan masih lesu karena permasalahan visa ini masih belum selesai.
Hingga ketika saya men cek email, ternyata...............................................




VISA SAYA DI APPROVE wkwkkwkwkw..
Wuahahahhahah, jadi dah the best day of my life. Langsung sujud syukur, ngucap alhamdulillah.Jadi juga liburan wkwkwk.
penat langsung hilang, tugas yang deadline nya hari selasa langsung kelar malam itu juga sampai tidur dengan nyenyak trus mimpi berdiri di sini nihh..haha


Haha..awalnya saya akan berangkat pada tanggal 24 Juni, namun karena berbagai kendala akhirnya diundur hingga 29 Juni 2015. Okeh masih lama, pas bulan puasa lagi -______________-. Ga masalah. Toh Juli sebulan penuh liburrr, nikmati dah tuh hhaha..
Kakak saya akhirnya memilih Garuda Indonesia sebagai maskapai pilihan karena ada direct flight jakarta-melbourne dengan menempuh 6 jam 30 menit saja tanpa harus transit. 
Huffffffffft..semoga saja lancaar dan liburan kali ini sesuai harapan. AMIIN :D :D


Proses Birokrasi yang sulit atau Birokrasi mempersulit proses ? (bag II)

Baiklah, subuh ini setelah sahur puasa hari pertama (jiahaha) saya menyempatkan diri untuk menulis lanjutan dari tulisan pertama saya mengenai kunjungan survey pada hari Rabu 17 Juni 2015.
Pada hari inilah, saya memutuskan untuk memulai tugas saya untuk melakukan survey di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Padang. Hari ini saya ditemani oleh seorang teman yang kebetulan juga memiliki lokasi survey yang sama dengan saya. Kami pun dengan pede membawa ratusan lembar kuesioner yang ada dengan harapan akan langsung diperkenankan melakukan pengambilan data setelah memberikan surat izin dari Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik). Tetapi, semua yang terjadi pada hari itu, tidak berjalan sesuai dengan harapan kami. Kami mengalami kendala.
Pada hari itu, saya pun langsung memberikan surat izin tersebut kepada salah satu staff kantor Dinas Capil tersebut dan berkomunikasi perihal survey yang akan saya lakukan terhadap masyarakat yang sudah mendapatkan pelayanan di Kantor Capil ini. Saya disambut oleh seorang laki-laki setengah baya, yang kemudian mengatakan bahwa surat izin tersebut harus dilaporkan terlebih dahulu kepada atasan nya untuk kemudian diperoleh izin bagi kami untuk melaksanakan kegiatan survey di Kantor Capil ini.
Awalnya saya mempertanyakan alasannya, berhubung saya hanya akan mengambil data dari masyarakat yang sudah mendapatkan pelayanan dan bukan diperuntukkan kepada staff yang ada di Kantor Capil tersebut. Namun, bapak itu kemudian bersikukuh menyuruh saya untuk menunggu dan kembali pada hari Senin, 22 Juni 2015.
Saya sangaaaaaat jengkel mengingat pada hari Senin itu terdapat dua jadwal ujian, dan membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi. Belum lagi saya harus menjalani kegiatan ini dalam keadaan menjalani ibadah puasa. Tapi, mau bilang apa? Toh pun jika saya kemudian bersikeras menyebar kuesioner saya takut akan dituntut melakukakan survey tanpa izin yang jelas, atau mungkin diusir skalian sama security haha. Ya sudahlah, akhirnya saya memaklumi dan mencoba meminimalisir masalah dengan cara langsung berlalu dari Kantor itu. Saya heran, apa ini jalur birokrasi yang harus ditempuh agar saya bisa mendapatkan respon nyata masyarakat mengenai pelayanan di kantor ini ? Kenapa harus selalu seperti ini ? Jika memang tidak ada kesalahan, ya biarkan saja bukan ? Dengan proses seperti ini seolah malah membenarkan bahwa 'ada masalah' di Dinas ini. Tetapi, semoga saja tidak.
Jika saya terkendala izin, beda lagi dengan teman saya. Karena memilih Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Padang sebagai tempat pelaksanaan survey dengan harapan pengunjung akan senang hati membaca dan mengisi kuesioner, ternyata sangat jauh dari harapan yang diinginkan.
Pada saat kami datang, dalam kunjungan itu, tidak ada satupun pengunjung yang datang dan menggunakan fasilitas perpustakaan yang ada  (mohon maaf jika salah, silahkan dikoreksi jika ingin mengkoreksi). Bahkan, staff pun hanya duduk dan terkesan tidak ada kerjaan sehingga teman saya pun langsung shock dan tidak tahu harus berbuat apa. Terdapat ratusan lembar kuesioner, sedangkan pada kenyatannya tak ada satupun pengunjung yang bisa mengisi kuesioner yang ada.
Staff kemudian beralasan, tidak adanya pengunjung diakibatkan hari yang sudah mendekati bulan puasa, sehingga mengurangi minat masyarakat untuk datang. Mereka juga mengatakan, biasanya terdapat sekitar 6 hingga 10 pengunjung setiap harinya pada hari biasa.
Teman saya pun tidak bisa berkata apa-apa, dan memutuskan untuk menitip beberapa lembar kuesioner kepada staff, dan berharap akan terisi beberapa lembar pada kunjungan kami berikutnya.
Huaaaaaaaaah..ini adalah pengalaman survey pertama saya, dan saya berharap dapat mempelajari sesuatu dalam pelaksanaan survey ini. Saya masih sangat penasaran bagaimana sebenarnya reaksi masyarakat terhadap pelayanan di kantor capil ini, saya berharap masyarakat memiliki persepsi yang berbeda dengan saya dalam menyikapi pelayanan yang diperoleh dari kantor capil dan membuktikan kalau saya salah (wkkwk semoga seeh). :)

Proses Birokrasi yang sulit atau Birokrasi mempersulit proses ? (bag I)

Untuk perkenalan sebagai tulisan pertama saya di blog ini, saya akan mendeskripsikan sedikit tentang informasi pribadi saya yang berhubungan dengan tulisan ini :).
Saya adalah seorang mahasiswi yang berkonsentrasi pada politik. Saya berkuliah di salah satu Universitas kebanggan Sumatera, Universitas Andalas. Saat ini (pada saat menulis artikel ini) saya sedang menempuh Ujian Akhir Semester. Nah, pada saat masa ujian ini, salah satu dosen saya kemudian menawarkan kepada mahasiswa yang berada di bawah bimbingannya untuk ikut bergabung melakukan survey indeks kepuasan masyarakat terhadap kinerja birokrasi di Kota Padang. Tentu saja, saya langsung menyetujui mengingat masing-masing mahasiswa diperbolehkan untuk memilih salah satu SKPD yang diinginkan untukdilakukan survey. Hm, karena saya memiliki dendam pribadi (hehe) dengan Kantor Capil Kota Padang, maka saya memutuskan untuk menjadikan Kantor Capil Kota Padang sebagai salah satu destinasi survey saya.
Awalnya, dosen saya tidak mengetahui bahwa saya telah mengirimkan email perihal tujuan survey yang telah saya pilih, hingga memutuskan untuk mengirim email untuk yang kedua kalinya. Pada email kedua ini, saya merubah pikiran saya dengan memilih Kantor Imigrasi Kota Padang sebagai tujuan survey saya, dikarenakan adanya teman yang memperingatkan mengenai keterlambatan saya memberitahukan tempat tujuan survey dan Kantor Capil sudah dialihkan pada mahasiswa lain. Awalnya saya kecewa, karena keinginan saya untuk menindaklanjut oknum birokrat yang sempat membuat saya kesal pada saat berurusan dengan Kantor Capil sebelumnya, GAGAL.
Namun, pada tanggal hari Minggu malam, tepatnya pada tanggal 14 Juni 2015, saya mendapatkan email dari dosen yang memberitahukan bahwa saya terpilih untuk melakukan survey di Kantor Capil Kota Padang, dan berkesempatan mewawancarai masyarakat yang sudah mendapatkan pelayanan di Kantor tersebut.(HAHAHA, mati lah apak tu.)
Akhirnya, saya mengunduh semua file yang dibutuhkan dan memprint di warnet terdekat. Saya kemudian memutuskan untuk memulai melakukan survey ini pada hari Rabu tanggal 16 Juni 2015, mengingat 2 hari sebelumnya masih dipepet oleh ujian, dan masih kebingungan dengan tata cara mengisi kuesioner yang akan diisi oleh koresponden.
Untuk cerita mengenai kasak kusuk pada hari Rabu itu, akan diceritakan pada chapter selanjutnya :)